Judul Buku Mutik
Antologi Cerita Pendek 15 Guru Inspiratif
Penulis Emi Sudarwati, Shobirin M., Ida N, Sri Restu Wahyuningsih dkk
Penerbit Praktek Mandiri
ISBN 978-602-7283-05-3
Jml Halaman 200
Tahun 2017
Harga Rp 55.000,00
ISI BUKU:
Pengantar
Kutinggal Sejenak (Emi Sudarwati)
Kawan, Aku Lulus (Shobirin Muhammad)
Perjalanan Menuju Ambhara (Ida Nuridaliya)
Menggapai Asa Indah (Sri Restu Wahyuningsih)
Bersama Siswa Merajut Memori SMA (Wiji Lestari)
Sekeping Hati Yang Terluka (Waskito Arifin)
Semangkuk Keikhlasan di Bulan Ramadhan (Suharti)
Air Mata Di Hari Sabtu (Nety Puspitasari)
Dia Mulai Mencintai (Retyo Yuli Pancaiswati)
Di Ambhara , Aku Berburu (Luky Dyah Nurlaili)
Senyum Naila (Muhaimin)
Melukis Cahaya Dalam Gelap (Siti Mukaromah)
Mimpi Di Kaki Gunung Lawang (Suhartono)
Mutik (Hariani Susanti)
Damai Di Negeri Atas Angin (Heni Purwati DJ)
Biografi Penulis
***
MENGGAPAI ASA INDAH
(Oleh Sri Restu Wahyuningsih)
(Oleh Sri Restu Wahyuningsih)
Sore yang cerah, semburat mentari
keemasan menyinarirumput hiasyang terhampar diantara serut dan palem ekor
tupai.Gasebo sudah bersih dan berkarpet.Sepasang euphorbia milli merah cerah tumbuh subur dan elok melengkapi
semangatku .Selepas mandi dan sholat ashar, aku segera bebenah diri.Ada seseorang
yang sedang kunanti, Irulpanggilan
akrabnya.
Tak lamaberselang,
terdengar suara sepeda motor memasuki halaman. “Assalamu’alaikum” ucap Irul
dengan senyum khasnya.“Wa’alaikumsalam” jawabku dengan senyum pula.Penuh hormat
dan santun, Irul mencium tanganku.“Bagaimana?Kamu sehat khan?”Tanyaku
menghangatkan suasana.“Alhamdulillah bu …”masih tetap dengan senyumnya.Kuperhatikan
mukanya yang bersih, bola mata bening kecoklatan, hidung cukup mancung.Rambut
lurus tersisir rapi.Ganteng juga Irul, kata hatiku berucap.
Pertemuan
istimewa kali pertama, begitu pun untuk berikutnya. Aku amati tulisan kecil dan rapi di setiap
halaman soal olimpiade astronomi yang dibawanya, tampak
kerajinan dan ketekunan. “ Irul…kamu harus sangat bersyukur … memiliki
kesempatan untuk berkompetisi di provinsi. Temanmu Ana, yang tahunlalu
peringkat satu, sekarang pada peringkat tiga di bidang kebumian, tidak dapat
ikut ke provinsi khan?.Kamu, di peringkat tiga, berkesempatan ke provinsi
karena yang peringkat pertama masuk dalam passing grade. Sebenarnya, siswa yang
ada pada urutan ke empat memiliki nilai yang sama lho… Kamu beruntungberada
pada urutan di atasnya karena namamu berawalan huruf D, sedangkan dia huruf S.
Kesempatan nggak mesti datang dua kali, Irul…manfaatkan sebaik mungkin peluang
ini”.
Itulah
sebagian caraku untuk memotivasi dan mengingatkan Irul supaya senantiasa
bersyukur dan semangat untuk berkompetisi.Sekedar
jajanan kecil, atau baksonya pak Heri sebagai menu makan siang saat bimbingan
di sekolah. Kolak kacang ijo dan ketan hangatnya pak
Saiful, kadang lonthong tahunya mbah As di salahsatu sudut perumahan Bumi
Pacul Permai menemaninya belajartambahan di rumahtinggalku.
Tidaklah
mudah bagiku dalam membimbing astronomi yang mendua antara fisika dan geografi.Walaupun
aku saat SMA juga jurusan IPA, tapi nilai fisika paspasan.Saat malam, tak
jarang aku harus menyempatkan belajar soal-soal.Eksentrisitas, luminositas,
fluks, paralaks dan masih banyak lagi.Kadang, ada diskusi kecil dengan suamiku,
yang kebetulan mengajar fisika.
“Irul…ini
nanti bawa ya…kamu harus tampil rapi dan bersih. Percaya
diri nak, jaga nama baik sekolah. Pakai baju dan sepatumu yang terbaik ya…”
Kuberikan padanya semir hitam beserta sikat yang baru kubeli dan selembar uang
ratusan ribu. “Jangan dilihat nilainya, ini sekedar untuk tambahan beli jajan…”
Saat itu sehari menjelang Irul berangkat ke Surabaya.Ruang guru yang sepi,
membuatku lebih leluasa memperhatikannya.Seragam putih abu-abu yang sudah tidak
baru lagi, sepatu hitam agak usang dan berdebu. Batinku berkata, punyakah Irul
baju dan sepatu yang lain? Aku jadi iba dan menyesal, mengapa tidak
kemarin-kemarin menanyakan, kalau perlu membelikannya?Berharap semoga dia tidak
tersinggung dan sedih dengan nasehatku.Sebaliknya malah semangat dengan semir
hitam itu.
“Maaf bu
Ningsih…saya tidak bisa meraih kejuaraan..” ucap Irul pelan. “ Nggak apa-apa… kamu
sudah luarbiasa, bisa lolos di kabupaten.Smaga lho…OSK bisa berjaya di nomor tiga,
bidang astronomi lagi. Kamu sudah hebat Irul… kompetisi di provinsi pasti banyak membawa
manfaat, penuh hikmah bagimu. Mengajarkan dan membiasakan kamu untuk
berkompetisi.Karena hidup ini memang penuh dengan kompetisi…” jawabku sambil
tetap tersenyum.
Tak terasa
waktu terus bergulir, hampir setahun
berlalu. Maret 2011, sebulan menjelang Ujian Nasional.Sore itu, di kelas XII
IPA 2 jadwalnya bimbingan mata pelajaran fisika.Di bangku bagian tengah nomor
dua dari belakang, Irul menunduk dan hanya sesekali saja memperhatikan
penjelasan pak Kan. “Irul…coba kamu kerjakan di depan yang nomor 19, kenapa
kamu kok menunduk terus?” Suara pak Kan yang
mantap, lantang dan berwibawa, mengagetkan Irul. Irul benar-benar tidak
konsentrasi, bahkan nomor yang disebutkan pak Kan pun tidak tahu.Tangan kirinya
mencolek paha Jaya, sedangkan Jaya tidak berani merespon.Mata Irul menoleh ke
kanan, ada Yuni menatap iba di situ. “Ayo..Irul cepat!” gertak pak Kan. Dengan
nekat Yuni memberanikan diri untuk membuka bibir tanpa suara menyebutkan
nomor soal. Untunglah..pak Kan tidak memperhatikannya. Irul mengerjakan soal
dengan lancar.fisika merupakan salahsatu mata pelajaran kesukaannya. Apalagi
saat kelas X berkesempatan ikut OSK bidang itu.
“Bu
Ningsih…boleh nggak kami main ke rumah? Kami kangen bu…”Anaberlari kecil
menghampiriku.Di belakangnya ada Irul mengikutinya.“ Boleh nak…bu Ningsih juga
kangen kalian”. Obrolan singkat di depan UKS saat akhir istirahat ke dua.
Penuh keakraban
di teras rumahku, kami duduk di kursi gambol kayu jati. “ Ana…gimana kamu, jadi
meneruskan ke mana? “ tanyaku. Ana, gadis berparas ayu dengan ciri khas alis
tebal dan bertahi lalat di atas bibir. “ Saya tidak boleh ke luar kota bu
Ningsih…mau kerja sambil kuliah di
IKIP sini saja, Insyaallah mau ambil jurusan bahasa Inggris. Tapi sayajuga
daftar bidik misi” Jawab Ana. “ Kalau kamu gimana Irul” Irul memandangku “ Saya
pilih kedokteran bu …”jawab Irul, tampak semangat walau dengan suara perlahan.
“ Semoga apa yang kalian cita-citakan terkabulkan Allah SWT ya ..”. ucap doaku
untuk mereka.
Irul dan
Ana, mereka sering bersama, tampaksering berdua.Apa mungkin mereka saling suka
ya? Tanyaku dalam hati.Serasi juga….kelihatan saling menyayangi.Tapi…setahuku,
Ana lagi dekat dengan teman sekelas, XII IPS 4, sedangkan Irul terang-terangan
kalau punya pacar anak smapa. Ah…sudahlah, masa depan masih panjang bagi
mereka.Mereka berdua, sama-sama perhatian denganku.Saat kegiatan wisata ke
Bali, mereka membawakan oleh-oleh untukku.Kain Bali cantik dari Ana dan tiga
hiasan kayu lucu bentuk kucing dari Irul.Rupanya mereka berupaya membuat aku
senang, pasti dengan pengorbanan untuk membeli itu semua.
Suasana
sekolah cukup riuh, terutama di sekitar ruang BK. Oh…rupanya pada melihat
pengumuman seleksi PTN.Tampak wajah ceria, murung, sedih, bahkan ada yang
menangis. Di bangku depan kelas XII MIPA 2, kulihat
Irul duduk berduaan dengan Jaya. Kuamati dari kejauhan, samar kulihat wajah
kecewanya.
“Nggak usah
patah arang ya nak…walaupun kali ini kalian belum berhasil lolos di PTN. Ini
bukan akhir segalanya” , Mereka mendengarkan nasehatku, mereka terdiam…Air
putih di depan mereka belum tersentuh. Ana maupun Irul, gagal di seleksi PTN.
Aku alihkan pembicaraan, “ Gimana Ana, masih lancar?”aku tersenyum penuh makna,
dan aku yakin dia tahu maksudku. “ Udah nggak lagi bu…kami udah putus ” Ana
menjawab lirih. Terus dia pamit ikut sholat asyar.“Kalau kamu gimana Irul..?”
tanyaku memecah keheningan.“ Saya diputus bu…dia diterima di UB”terucap kekecewaan
dari bibir Irul yang sedikit bergetar. Berubah senyum kecut, menunduk dengan
pandangan kosong.“Ya..sudahlah, nggak usah dipikirkan lagi, fokus untuk masa
depan. Kamu harus sukses, Insyaallah kalau sudah sukses, siapa sih yang akan
nolak? Kamu bisa dapatkan pasangan baik yang kamu idamkan” aku berusaha member motivasi.
“Ingat ya…kalau sudah sukses, jangan buru-buru menikah, bahagiakan dulu orang
tuamu”.Ada mata berkaca-kaca di depanku.Ya…rupanya Irul dan Ana terharu
karenanya.
Beberapa
pekan kemudian, di kursi gembol pada teras rumahku seperti biasanya, Irul dan
Ana duduk berdua.Daun hijau gelap mengkilatspatyphilumdi pojok
teras menjadikan teduhnya suasana.Gemericik
air terjun di kolam kecil, menambah kesegaran.“Wah..ada
parcel buah,dari siapa ini?”Irul tersenyum penuh ceria.“Alhamdulillah bu…saya
diterima di STAN, bu Ningsih tahu nggak, waktu bimbingan belajar saya sering
nunduk itu...karena saya membaca buku-buku persiapan masuk
STAN. Keinginan saya sangat kuat bu…” Irul tersenyum lebar.Sontak Ana kaget,
“Lho…aku kok nggak kamu kasih tahu tadi…”Ana menonjok pelan bahu Irul. Rupanya Irul berhasil membuat kejutan besar
sore itu.“Alhamdulillah, selamat Irul…kamu bisa buktikan, bahwa kamu mampu
berkompetisi. Raih masa depan gemilangmu .Aku pun tersenyum bahagia dan bangga.
Irul
diterima di STAN jurusan pajak, lokasi kuliah di Manado. Saat pamitan, hanya
doa yang aku panjatkan. Beberapa bulan kemudian, pulang ke Bojonegoro, aku
dibawakan oleh-oleh camilankhasManado.Istimewa, bahkan bungkusnya aku klipping untuk
motivasi adik-adik kelasnya.Hehehe...mungkin
dibilang unik juga caraku. Waktu terus berlalu, masa magang di kantor pajak
Bojonegoro telah terlampaui, berlanjut penempatan sebagai PNS di Makasar .
Irul tampak
lebih gagah dan tampan.Tak biasanya datang sendirian tanpa Ana.”Kami nggak
sempat janjian bu, saya hanya pulang sebentar” ucapnya.”Kapan balik ke
Makasar?Gimana mobilmu?kamu bawa?” Tanyaku sambil menengok ke arah mobil Honda
Jazz baru miliknya.” Besok udah balik bu…mobilnya nggak saya bawa, untuk
ibuk di rumah.Bapak saya juga habis kecelakaan bu…kasihan.Selain itu juga untuk
nyenangkan adik, biar lebih nyaman kalau jalan-jalan” Ada binar bahagia
terpancar dimatanya.
Tahun
berganti, Irul berhasil ikut seleksi mengambil kuliah D3 yang kampusnya di
Bintaro Jakarta Selatan.Kuliah dijalaninya dengan tekun hingga lulus.
“Bu Ningsih…saya ke sini ingin memperkenalkan
wanita pilihan saya bu…” ucap Irul Gadis manis bermata bulat yang duduk
disampingnya pun mencium santun tanganku.
Irul memberikan kartu undangan berwarna putih tulang bermotifbunga mawar.Segera
kubaca, “Mohon do’a restu, Irul dan Yuni”.Kuamati wanita itu…, Subhanalloh…ternyata
dia teman sekelas Irul saat di SMA.Dewi penolong saat bimbingan belajar fisika.
“Selamat ya nak…semoga lancar dan bahagia, ternyata kalau memang berjodoh,
nggak akan kemana”. Senyumku pun mengembang
***
Irul…kamu salah satu sosok istimewa, anak yang berbakti kepada orangtua, yang berhasil menginspirasi adik-adikmu.Bahkan tak terduga berhasil pula memotivasi anak mbarebku Rangga, hingga meneruskan jejakmu di Bintaro.Semoga kamu masih tetap mengingat pemberian semir hitam dariku.
Irul…kamu salah satu sosok istimewa, anak yang berbakti kepada orangtua, yang berhasil menginspirasi adik-adikmu.Bahkan tak terduga berhasil pula memotivasi anak mbarebku Rangga, hingga meneruskan jejakmu di Bintaro.Semoga kamu masih tetap mengingat pemberian semir hitam dariku.
Komunikasi Terkait Buku
Restu, WA 08563472067
Tidak ada komentar:
Posting Komentar