Senin, 09 Juli 2018

MUTIK



Judul Buku                       Mutik
                                          Antologi Cerita Pendek 15 Guru Inspiratif
Penulis                              Emi Sudarwati, Shobirin M., Ida N, Sri Restu Wahyuningsih dkk
Penerbit                             Praktek Mandiri
ISBN                                 978-602-7283-05-3
Jml Halaman                     200
Tahun                                2017
Harga                                Rp 55.000,00


ISI BUKU:

Pengantar

Kutinggal Sejenak (Emi Sudarwati)
Kawan, Aku Lulus (Shobirin Muhammad)
Perjalanan Menuju Ambhara (Ida Nuridaliya)
Menggapai Asa Indah (Sri Restu Wahyuningsih)
Bersama Siswa Merajut Memori SMA (Wiji Lestari)
Sekeping Hati Yang Terluka (Waskito Arifin)
Semangkuk Keikhlasan di Bulan Ramadhan (Suharti)
Air Mata Di Hari Sabtu (Nety Puspitasari)
Dia Mulai Mencintai (Retyo Yuli Pancaiswati)
Di Ambhara , Aku Berburu (Luky Dyah Nurlaili)
Senyum Naila (Muhaimin)
Melukis Cahaya Dalam Gelap (Siti Mukaromah)
Mimpi Di Kaki Gunung Lawang (Suhartono)
Mutik (Hariani Susanti)
Damai Di Negeri Atas Angin (Heni Purwati DJ)

Biografi Penulis

***


MENGGAPAI ASA INDAH
(Oleh Sri Restu Wahyuningsih)

            Sore yang cerah, semburat mentari keemasan menyinarirumput hiasyang terhampar diantara serut dan palem ekor tupai.Gasebo sudah bersih dan berkarpet.Sepasang euphorbia milli merah cerah tumbuh subur dan elok melengkapi semangatku .Selepas mandi dan sholat ashar, aku segera bebenah diri.Ada seseorang yang  sedang kunanti, Irulpanggilan akrabnya.
Tak lamaberselang, terdengar suara sepeda motor memasuki halaman. “Assalamu’alaikum” ucap Irul dengan senyum khasnya.“Wa’alaikumsalam” jawabku dengan senyum pula.Penuh hormat dan santun, Irul mencium tanganku.“Bagaimana?Kamu sehat khan?”Tanyaku menghangatkan suasana.“Alhamdulillah bu …”masih tetap dengan senyumnya.Kuperhatikan mukanya yang bersih, bola mata bening kecoklatan, hidung cukup mancung.Rambut lurus tersisir rapi.Ganteng juga Irul, kata hatiku berucap.
Pertemuan istimewa kali pertama, begitu pun untuk berikutnya.  Aku amati tulisan kecil dan rapi di setiap halaman soal olimpiade astronomi yang dibawanya, tampak kerajinan dan ketekunan. “ Irul…kamu harus sangat bersyukur … memiliki kesempatan untuk berkompetisi di provinsi. Temanmu Ana, yang tahunlalu peringkat satu, sekarang pada peringkat tiga di bidang kebumian, tidak dapat ikut ke provinsi khan?.Kamu, di peringkat tiga, berkesempatan ke provinsi karena yang peringkat pertama masuk dalam passing grade. Sebenarnya, siswa yang ada pada urutan ke empat memiliki nilai yang sama lho… Kamu beruntungberada pada urutan di atasnya karena namamu berawalan huruf D, sedangkan dia huruf S. Kesempatan nggak mesti datang dua kali, Irul…manfaatkan sebaik mungkin peluang ini”.
Itulah sebagian caraku untuk memotivasi dan mengingatkan Irul supaya senantiasa bersyukur dan semangat untuk berkompetisi.Sekedar jajanan kecil, atau baksonya pak Heri sebagai menu makan siang saat bimbingan di sekolah. Kolak kacang ijo dan ketan hangatnya pak Saiful, kadang lonthong tahunya mbah As di salahsatu sudut perumahan Bumi Pacul Permai menemaninya belajartambahan di rumahtinggalku.
Tidaklah mudah bagiku dalam membimbing astronomi yang mendua antara fisika dan geografi.Walaupun aku saat SMA juga jurusan IPA, tapi nilai fisika paspasan.Saat malam, tak jarang aku harus menyempatkan belajar soal-soal.Eksentrisitas, luminositas, fluks, paralaks dan masih banyak lagi.Kadang, ada diskusi kecil dengan suamiku, yang kebetulan mengajar fisika.
“Irul…ini nanti bawa ya…kamu harus tampil rapi dan bersih. Percaya diri nak, jaga nama baik sekolah. Pakai baju dan sepatumu yang terbaik ya…” Kuberikan padanya semir hitam beserta sikat yang baru kubeli dan selembar uang ratusan ribu. “Jangan dilihat nilainya, ini sekedar untuk tambahan beli jajan…” Saat itu sehari menjelang Irul berangkat ke Surabaya.Ruang guru yang sepi, membuatku lebih leluasa memperhatikannya.Seragam putih abu-abu yang sudah tidak baru lagi, sepatu hitam agak usang dan berdebu. Batinku berkata, punyakah Irul baju dan sepatu yang lain? Aku jadi iba dan menyesal, mengapa tidak kemarin-kemarin menanyakan, kalau perlu membelikannya?Berharap semoga dia tidak tersinggung dan sedih dengan nasehatku.Sebaliknya malah semangat dengan semir hitam itu.
“Maaf bu Ningsih…saya tidak bisa meraih kejuaraan..” ucap Irul pelan. “ Nggak apa-apa… kamu sudah luarbiasa, bisa lolos di kabupaten.Smaga lho…OSK bisa berjaya di nomor tiga, bidang astronomi lagi. Kamu sudah hebat Irul…  kompetisi di provinsi pasti banyak membawa manfaat, penuh hikmah bagimu. Mengajarkan dan membiasakan kamu untuk berkompetisi.Karena hidup ini memang penuh dengan kompetisi…” jawabku sambil tetap tersenyum.
Tak terasa waktu  terus bergulir, hampir setahun berlalu. Maret 2011, sebulan menjelang Ujian Nasional.Sore itu, di kelas XII IPA 2 jadwalnya bimbingan mata pelajaran fisika.Di bangku bagian tengah nomor dua dari belakang, Irul menunduk dan hanya sesekali saja memperhatikan penjelasan pak Kan. “Irul…coba kamu kerjakan di depan yang nomor 19, kenapa kamu kok menunduk terus?” Suara pak Kan yang  mantap, lantang dan berwibawa, mengagetkan Irul. Irul benar-benar tidak konsentrasi, bahkan nomor yang disebutkan pak Kan pun tidak tahu.Tangan kirinya mencolek paha Jaya, sedangkan Jaya tidak berani merespon.Mata Irul menoleh ke kanan, ada Yuni menatap iba di situ. “Ayo..Irul cepat!” gertak pak Kan. Dengan nekat Yuni memberanikan diri untuk membuka bibir tanpa suara menyebutkan nomor soal. Untunglah..pak Kan tidak memperhatikannya. Irul mengerjakan soal dengan lancar.fisika merupakan salahsatu mata pelajaran kesukaannya. Apalagi saat kelas X berkesempatan ikut OSK bidang itu.
“Bu Ningsih…boleh nggak kami main ke rumah? Kami kangen bu…”Anaberlari kecil menghampiriku.Di belakangnya ada Irul mengikutinya.“ Boleh nak…bu Ningsih juga kangen kalian”. Obrolan singkat di depan UKS saat akhir istirahat ke dua.
Penuh keakraban di teras rumahku, kami duduk di kursi gambol kayu jati. “ Ana…gimana kamu, jadi meneruskan ke mana? “ tanyaku. Ana, gadis berparas ayu dengan ciri khas alis tebal dan bertahi lalat di atas bibir. “ Saya tidak boleh ke luar kota bu Ningsih…mau kerja sambil kuliah di IKIP sini saja, Insyaallah mau ambil jurusan bahasa Inggris. Tapi sayajuga daftar bidik misi” Jawab Ana. “ Kalau kamu gimana Irul” Irul memandangku “ Saya pilih kedokteran bu …”jawab Irul, tampak semangat walau dengan suara perlahan. “ Semoga apa yang kalian cita-citakan terkabulkan Allah SWT ya ..”. ucap doaku untuk mereka.
Irul dan Ana, mereka sering bersama, tampaksering berdua.Apa mungkin mereka saling suka ya? Tanyaku dalam hati.Serasi juga….kelihatan saling menyayangi.Tapi…setahuku, Ana lagi dekat dengan teman sekelas, XII IPS 4, sedangkan Irul terang-terangan kalau punya pacar anak smapa. Ah…sudahlah, masa depan masih panjang bagi mereka.Mereka berdua, sama-sama perhatian denganku.Saat kegiatan wisata ke Bali, mereka membawakan oleh-oleh untukku.Kain Bali cantik dari Ana dan tiga hiasan kayu lucu bentuk kucing dari Irul.Rupanya mereka berupaya membuat aku senang, pasti dengan pengorbanan untuk membeli itu semua.
Suasana sekolah cukup riuh, terutama di sekitar ruang BK. Oh…rupanya pada melihat pengumuman seleksi PTN.Tampak wajah ceria, murung, sedih, bahkan ada yang menangis. Di bangku depan kelas XII MIPA 2, kulihat Irul duduk berduaan dengan Jaya. Kuamati dari kejauhan, samar kulihat wajah kecewanya.
“Nggak usah patah arang ya nak…walaupun kali ini kalian belum berhasil lolos di PTN. Ini bukan akhir segalanya” , Mereka mendengarkan nasehatku, mereka terdiam…Air putih di depan mereka belum tersentuh. Ana maupun Irul, gagal di seleksi PTN. Aku alihkan pembicaraan, “ Gimana Ana, masih lancar?”aku tersenyum penuh makna, dan aku yakin dia tahu maksudku. “ Udah nggak lagi bu…kami udah putus ” Ana menjawab lirih. Terus dia pamit ikut sholat asyar.“Kalau kamu gimana Irul..?” tanyaku memecah keheningan.“ Saya diputus bu…dia diterima di UB”terucap kekecewaan dari bibir Irul yang sedikit bergetar. Berubah senyum kecut, menunduk dengan pandangan kosong.“Ya..sudahlah, nggak usah dipikirkan lagi, fokus untuk masa depan. Kamu harus sukses, Insyaallah kalau sudah sukses, siapa sih yang akan nolak? Kamu bisa dapatkan pasangan baik yang kamu idamkan” aku berusaha member motivasi. “Ingat ya…kalau sudah sukses, jangan buru-buru menikah, bahagiakan dulu orang tuamu”.Ada mata berkaca-kaca di depanku.Ya…rupanya Irul dan Ana terharu karenanya.
Beberapa pekan kemudian, di kursi gembol pada teras rumahku seperti biasanya, Irul dan Ana duduk berdua.Daun hijau gelap mengkilatspatyphilumdi pojok teras menjadikan teduhnya suasana.Gemericik air terjun di kolam kecil, menambah kesegaran.“Wah..ada parcel buah,dari siapa ini?”Irul tersenyum penuh ceria.“Alhamdulillah bu…saya diterima di STAN, bu Ningsih tahu nggak, waktu bimbingan belajar saya sering nunduk itu...karena saya membaca buku-buku persiapan masuk STAN. Keinginan saya sangat kuat bu…” Irul tersenyum lebar.Sontak Ana kaget, “Lho…aku kok nggak kamu kasih tahu tadi…”Ana menonjok pelan bahu Irul. Rupanya Irul berhasil membuat kejutan besar sore itu.“Alhamdulillah, selamat Irul…kamu bisa buktikan, bahwa kamu mampu berkompetisi. Raih masa depan gemilangmu .Aku pun tersenyum bahagia dan bangga.
Irul diterima di STAN jurusan pajak, lokasi kuliah di Manado. Saat pamitan, hanya doa yang aku panjatkan. Beberapa bulan kemudian, pulang ke Bojonegoro, aku dibawakan oleh-oleh camilankhasManado.Istimewa, bahkan bungkusnya aku klipping untuk motivasi adik-adik kelasnya.Hehehe...mungkin dibilang unik juga caraku. Waktu terus berlalu, masa magang di kantor pajak Bojonegoro telah terlampaui, berlanjut penempatan sebagai PNS di Makasar .
Irul tampak lebih gagah dan tampan.Tak biasanya datang sendirian tanpa Ana.”Kami nggak sempat janjian bu, saya hanya pulang sebentar” ucapnya.”Kapan balik ke Makasar?Gimana mobilmu?kamu bawa?” Tanyaku sambil menengok ke arah mobil Honda Jazz baru miliknya.” Besok udah balik bu…mobilnya nggak saya bawa, untuk ibuk di rumah.Bapak saya juga habis kecelakaan bu…kasihan.Selain itu juga untuk nyenangkan adik, biar lebih nyaman kalau jalan-jalan” Ada binar bahagia terpancar dimatanya.
Tahun berganti, Irul berhasil ikut seleksi mengambil kuliah D3 yang kampusnya di Bintaro Jakarta Selatan.Kuliah dijalaninya dengan tekun hingga lulus.
 “Bu Ningsih…saya ke sini ingin memperkenalkan wanita pilihan saya bu…” ucap Irul Gadis manis bermata bulat yang duduk disampingnya pun mencium santun tanganku. Irul memberikan kartu undangan berwarna putih tulang bermotifbunga mawar.Segera kubaca, “Mohon do’a restu, Irul dan Yuni”.Kuamati wanita itu…, Subhanalloh…ternyata dia teman sekelas Irul saat di SMA.Dewi penolong saat bimbingan belajar fisika. “Selamat ya nak…semoga lancar dan bahagia, ternyata kalau memang berjodoh, nggak akan kemana”. Senyumku pun mengembang
                                                  ***






Irul…kamu salah satu sosok istimewa, anak yang berbakti kepada orangtua, yang berhasil menginspirasi adik-adikmu.Bahkan tak terduga berhasil pula memotivasi anak mbarebku Rangga, hingga meneruskan jejakmu di Bintaro.Semoga kamu masih tetap mengingat pemberian semir hitam dariku.




Komunikasi Terkait Buku
Restu, WA 08563472067




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUKSES AKM

 KUMPULAN SOAL TIMSS DAN PISA Alhamdulillah, segala puji hanya terpanjatkan bagi Allah SWT, yang telah memberikan segala kenikmatan, kesehat...